Oleh Muhaimin Iqbal
100 tahun lalu, tepatnya 10 April 1912 dunia dibuat kagum dengan
diluncurkannya sebuah kapal super besar dan super mewah yang diberi nama
RMS Titanic. Kapal yang menyerupai bangunan 9 lantai (deck) ini
memiliki panjang lebih dari ¼ km dan tingginya sekitar 53 m. Dibangun
oleh insinyur-insinyur terbaik di masanya – yang digaji rata-rata
sekitar GBP 40/ bulan atau setara 70.92 Dinar / bulan saat itu. Kapten
kapal terbaik-pun diminta untuk me-nahkodai kapal tersebut dengan
dijanjikan penghasilan GBP 1,450/tahun atau setara 2,571 Dinar/ tahun !
Kapal RMS Titanic sendiri dibangun dengan biaya yang setara dengan
sekitar 2,660,000 Dinar atau kurang lebih setara dengan harga dua
pesawat penumpang terbesar di dunia yang ada saat ini Airbus A 380.
Untuk kemewahan dan kemegahan yang luar biasa tersebut, harga tiket satu
kali perjalanan dari Southampton (Inggris) ke New York (USA)
termurahnya setara dengan 14 Dinar dan termahalnya 1,543 Dinar !.
Angka-angka sengaja saya konversikan ke Dinar agar pembaca mudah
memahaminya – betapa wah-nya segala yang terkait dengan kapal ini saat
itu.
Tetapi segala kekaguman dunia tersebut ternyata hanya berlangsung sangat
singkat, hanya empat hari sejak mulai berlayar – segala kemewahan yang
ada menjadi tragedi yang luar biasa. Dari 2,224 penumpang yang rata-rata
orang kaya dan super kaya tersebut – hanya 710 (32%) orang yang
selamat – sisanya 1,514 orang mati kedinginan dan tenggelam di laut –
bersama dengan tenggelamnya kapal yang mereka agung-agung-kan tersebut.
Kalau dipikir dari sisi manusianya, kurang apa RMS Titanic ini ?.
Dibangun oleh insinyur-insinyur terbaik pada jamannya, setelah jadi juga
dinahkodai oleh kapten kapal terbaik yang ada saat itu – tetapi justru
disinilah letak kelemahannya. Ketika manusia begitu sombong, merasa
dirinya yang terbaik, terbesar, terpopuler dlsb., Allah menghancurkan
kesombongan-kesombongan tersebut.
Lantas bagaimana umat ini bisa membuat karya yang besar tanpa harus
membuatnya sombong ?, Melalui Al-Qur’an Allah memberi petunjuknya dengan
kalimatNya yaitu “…bi a’yuninaa wa wahyinaa…” atau “ …dengan pengawasan
Kami dan dengan wahyu Kami…”.
Kalimat tersebut muncul di dua surat ketika Allah memerintahkan Nabi Nuh
untuk mulai membuat kapal (QS 11 :37 dan QS 23 :27). Kurang besar apa
coba misi Nabi Nuh ini ?, apa yang diperintahkan kepadanya adalah untuk
menyelamatkan bumi seisinya dari musibah banjir raksasa yang akan
memusnahkan apa saja kecuali yang berada di kapal yang baru akan dibuat
tersebut.
Dengan tugas yang sangat besar tersebut tidak membuat Nabi Nuh sombong,
sebaliknya suasana kejiwaan yang sangat merendah dan penuh harap kepada
Allah semata dari Nabi Nuh ini bahkan dapat kita ikut rasakan langsung –
manakala kita bisa menghayati FirmanNya yang menceritakan kondisi Nabi
Nuh saat itu.
“…sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah (aku)” (QS 54 : 10),
juga di ayat lain “….Ya Robbi, tolonglah aku, karena mereka
mendustakanku” (QS 23 : 26).
Saat ini umat Islam lagi dikalahkan oleh umat lain dalam bidang ekonomi,
teknologi, politik, pertanian, peternakan, pendidikan, pemikiran dlsb.
Padahal di tangan kita ada “…petunjuk dan penjelasan-penjelasannya…” (QS
2 : 185), dan kita punya “…penjelasan untuk segala permasalahan…” (QS
16:89).
Maka sesungguhnya untuk seluruh project besar yang akan kita lakukan di
bidang apapun, kunci suksesnya ada di “…bi a’yuninaa wa wahyinaa…”
tersebut. Project apapun yang akan kita kerjakan, kita cari dan mohon
petunjukNya untuk apa dan bagaimananya. Ini bisa dilakukan melalui
sabar, do’a , sholat dan juga melalui petunjukNya yang sudah tertulis di
Al-Qur’an – tinggal terus dikembangkan pemahaman dan aplikasinya.
Nabi Nuh dan pengikutnya tidak pernah membuat kapal - tetapi ketika dia
harus membangun kapal - kapal tersebut dibangun dengan “…bi a’yuninaa wa
wahyinaa…”, maka kapal tersebut dengan ijin Allah dapat menyelamatkan
penduduk bumi dan seisinya – hingga kita masih ada di bumi saat ini !
Mungkin saat ini kita bukan ahlinya untuk bidang-bidang ekonomi,
politik, pendidikan, pertanian, teknologi dlsb.; tetapi karena
diperlukan project/pekerjaan besar bagi umat ini agar kita tidak terus
dikalahkan oleh umat lain, marilah mulai kita kerjakan ‘project-project’
besar tersebut. Tidak karena kesombongan, tetapi karena kita optimis
dengan pengawasan dan petunjukNya “…bi a’yuninaa wa wahyinaa…”.
Bahkan ketika project tersebut telah berjalan nantinya, kita-pun tidak
boleh lengah dan sombong sedikit-pun. Sama dengan kondisi ketika Nabi
Nuh sudah berada di kapal dengan para pengikutnya yang beriman,
binatang-binatang yang berpasang-pasangan, aneka benih tanaman dan
pepohonan – kapal tersebut-pun tetap berlayar dengan pengawasanNya
langsung.
“…Yang berlayar dengan pengawasan Kami sebagai balasan bagi orang yang
telah diingkari. Dan sungguh, kapal itu telah Kami jadikan sebagai tanda
(pelajaran). Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran ? ”. (QS
54 : 14-15).
Ayo kita bangkit, bangun project besar ‘ kapal Nabi Nuh’ kita untuk
menyelamatkan generasi umat dari keterpurukan dalam berbagai bidang.
Insyaallah kita bisa !, sejauh project-project tersebut selalu berada
dalam pengawasan dan petunjukNya “…bi a’yuninaa wa wahyinaa…”,
InsyaAllah.