Oleh Muhaimin Iqbal
Dalam sejarah Islam ada panglima perang yang memiliki strategi luar
biasa, benar-benar luar biasa karena tidak pernah dilakukan oleh
siapapun sebelumnya. Panglima perang tersebut adalah Thariq Bin Ziyad
yang pada tahun 97 H (sekitar tahun 710 Masehi) memimpin 7,000 pasukan
Islam memasuki Spanyol yang dijaga oleh 25,000 pasukan pimpinan Raja
Roderick.
Untuk menyemangati pasukannya agar tidak gentar melawan musuh yang
memiliki kekuatan jauh lebih besar, dan agar tidak ada satupun dari
pasukaannya yang berpikir untuk ambil langkah mundur - apa yang di
lakukan Thariq? Dia membakar seluruh kapal-kapal yang dipakai pasukannya
untuk mencapai pantai tenggara Spanyol. Ketika pasukannya
bertanya-tanya tentang apa yang dilakukan sang panglima ini, Thariq
menjawabnya dengan pidato yang terkenal sbb :
“Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di
depan kalian, ke manakah kalian akan lari?, Demi Allah, yang kalian
miliki hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini
kalian lebih terlantar dari pada anak yatim yang ada di lingkungan
orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan
senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa
perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari
barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya
pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya
perubahan yang berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa
gentar yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada
kalian. Oleh karena itu, pertahankanlah jiwa kalian”.
Tekad yang sangat kuat untuk hidup mulia atau mati syahid “Isy Kariman au Mut Syahidan” inilah yang dapat membawa kejayaan Islam dari waktu ke waktu.
Kita tahu akhirnya dalam sejarah bahwa diawali oleh tekad yang sangat
kuat dan kebergantungan kepada Allah semata tersebut, Islam menjangkau
wilayah yang paling luas beberapa puluh tahun kemudian setelah strategi
ini ditempuh Thariq dan pasukan-pasukannya.
Ketika cerita tentang Thariq ini diajarkan secara turun temurun baik di
dunia Islam maupun diluar Islam, maka sekitar 800 tahun kemudian, kurang
lebih sepuluh generasi setelah Islam masuk Spanyol – anak keturunan
bangsa Spanyol yang bernama Hernando Cortez - pun meniru bulat-bulat
strategi Thariq tersebut diatas ketika ia memimpin ekspedisi penaklukan
ke Mexico.
Hernando Cortez yang memimpin expedisi penaklukan bangsa Aztecs untuk
merebut emas dan harta-harta lainnya ini membakar keseluruhan 11 kapal
yang digunakan untuk membawa pasukannya mencapai daratan Mexico. Dengan
demikian tidak ada pikiran untuk mundur, jalan hanya satu arah yaitu
maju kedepan.
Kita juga tahu hasil dari kebulatan tekat Hernando Cortez ini, sampai
sekarang bahasa resmi yang dipakai di Mexico adalah bahasa Spanyol. Ini
menunjukkan betapa berhasilnya Hernando Cortez meniru strategi Thariq
Bin Ziyad dalam upayanya untuk menaklukkan Mexico yang menjadi jajahan
Spanyol sampai beratus tahun kemudian.
Kalau seorang Hernando Cortez saja bisa belajar dan menikmati
ke-sukses-an dari meniru strategi Panglima Perang Islam Thariq Bin
Ziyad, masa kita umat Islam di masa kini tidak bisa mencapai kesuksesan
dengan belajar dari keberhasilan tokoh pejuang sekaliber Thariq ini ?.
Kalaulah medan kita bukan atau belum medan perang saat ini, minimal
strategi Thariq dengan membakar kapal ini bisa kita terapkan di tekad
kita untuk membangun usaha, untuk meninggalkan tempat kerja yang kita
ragukan ‘kebersihan’-nya misalnya.
Dari pengalaman saya berinteraksi dengan sekian banyak peserta Pesantren
Wirausaha dan juga peserta yang ikut pelatihan CIED (Center for Islamic
Entrepreneurship Development) , penghalang terbesar dari setiap peserta
yang ingin menjadi entrepreneur adalah keberaniannya untuk benar-benar
terjun ke usaha – serta benar-benar meninggalkan pekerjaan sebelumnya.
Pengalaman saya sendiri-pun menunjukkan demikian; tidak kurang dari enam
kali usaha berwiraswasta yang saya lakukan diluar jam kantor - ketika
saya masih aktif sebagai eksekuitif ; tidak satupun yang berhasil. Yang
ketujuh, kedelapan dan seterusnya insyaallah berhasil karena kapal saya
benar-benar saya bakar.
Untuk mencapai karir puncak di Industri asuransi & investasi di usia
muda, dengan sangat bersusah payah saya peroleh gelar profesi yang
paling tinggi di New Zealand, Australia dan Inggris. Sangat sedikit
professional asuransi & investasi Indonesia yang mencapai pengakuan
semacam ini. Namun sejak lahirnya fatwa MUI bahwa bunga bank haram awal
2004 ( Fatwa No 1 Tahun 2004 Tentang Bunga), tidak ada lagi yang perlu
diperdebatkan mengenai keharaman bunga bank dan produk-produk yang
terkait dengannya di dunia finansial - maka pekerjaan saya sebelumnya
harus saya tinggalkan.
Maka alhamdulillah kapal yang namanya gelar professional dan karir
puncak di industri finansial tersebut telah habis saya bakar dua tahun
lalu. Sejak saat itu, mirip yang dilakukan oleh Thariq dan juga Cortez,
medan ‘pertempuran’ saya menjadi medan ‘pertempuran’ yang sama sekali
baru. Tidak mudah, tetapi juga tidak mustahil – hanya pertolongan
Allah-lah yang menjadikan yang sukar itu mudah.
Jadi bagi Anda yang ingin pindah quadrant dari pegawai/eksekutif ke
pengusaha, bila Anda berani membakar kapal Anda, Insyallah Andapun juga
bisa berhasil!Wa Allahu A’lam.