Rabu, 19 Desember 2012

Komunitas Saudagar Muslim Nusantara

Gairah Pebisnis Muslim

(baitulmaalmalang.blogspot.com)-Komunitas ini bertekad menjalankan bisnis sesuai cara Rasulullah saw. Agar kaum muslimin bisa kembali bangkit dari keterpurukannya Para sejarawan menyebutkan bahwa, “Penyebaran Islam lebih bersifat asimilatif ketimbang revolusioner. Islam datang ke Nusantara bukan melalui penaklukan tetapi melalui jalur perdagangan.” Jika dulu umat Islam berjaya lewat jalur perdagangan, maka kondisi berbeda kita temui saat ini, kaum muslimin terpuruk dalam kemiskinan dan sangat bergantung pada belas kasihan orang lain.

Kenyataan ini yang membuat sekelompok pebisnis muslim berkumpul dan bertekad menyalakan kembali sinar kebangkitan kejayaan Islam di bidang ekonomi. Tak hanya sekedar retorika. Upaya itu tergambar dalam acara Muslim Entrepreneur Forum 2012. Dalam kesempatan tersebut 17 perwakilan peserta menandatangani Piagam Pengusaha Muslim itu. Mereka yang menandatangani piagam tersebut adalah: Iskandar Zulkarnain (Pengusaha Nasional); Andri Marjoni (Saudagar Muslim); Didik Sodikin (Asosiasi Pengusaha Indonesia); Edy Sugianto (Sekjen Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia); Dwi Condro Triono (Konsultan Komunikasi Massa); Muhammad Karebet Widjayakusuma (LKP HTI); Muhammad Ismail Yusanto (Jubir HTI). Aziz Azwir ( Sumatera Utara); Erik Sitepu (Riau); H Reza Fahlevi (Lampung); H Atong (Jabodetabek), Rahmat Basuki (Jawa Barat); Dicky Zulkarnain (Jawa Tengah); Harun Musa (Jawa Timur); Muhammad Taufik (Kalimantan Timur); Mustari Ago (Sulawesi Selatan); dan H Ahmad Al Jufri (Sulawesi Tenggara) Seperti penjelasan Sekretaris Komunitas Saudagar Muslim Nusantara (KSMN), Andri Marjoni, lembaga ini diibaratkan mengumpulkan mozaik-mozaik yang berserakan.
“Memang sudah banyak organisasi yang bergerak dibidang bisnis terutama bisnis-bisnis Islam tetapi masih berdiri sendiri-sendiri,” aku Andri. Lebih lanjut Andri mengatakan tujuan KSMN adalah untuk mengikat mozaik yang berserakan itu di dalam satu wadah tenaga atau saudagar muslim nusantara yang sama-sama cinta syari’ah. Komunitas ini bertekad menjalankan bisnis sesuai cara Rasulullah saw. “Sehingga kaum muslimin bisa kembali bangkit dari keterpurukannya, nah itu tujuan komunitas saudagar muslim,” jelas Andri. KSMN sendiri sebenarnya telah tiga tahun berjalan.
Namun begitu, Andri mengaku baru tiga bulan yang lalu dibentuk kepengurusan secara struktural. H Kasran Samiharjo dari PT Bumen Citra Mandiri dipercaya untuk menakhodai komunitas ini dan berkantor pusat di Cikarang, Jawa Barat. “Anggotanya sekarang ada dua puluhan,” jelas Andri, “Tersebar dari Semarang hingga Pekan Baru. Kita berkumpul dengan visi yang sama, berbisnis ala Rasulullah saw.” Membina jaringan memang sudah jatidiri seorang pebisnis tulen, kata pria ramah ini, jadi untuk menjadi anggota KSMN sangat mudah. “Yang paling penting adalah para saudagar muslim yang menyatakan dirinya saudagar muslim berusaha untuk menjalankan bisnisnya sesuai fardhu syari’ah. Jadi walaupun belum bisa seratus persen tetapi niatnya dan perubahan itu sudah dilakukan, action-nya sudah mulai,” katanya. Sebagai contoh nyata Andri lebih lanjut menerangkan, “Misalnya dari segi pemodalan, mulai bergerak dari bank konvensional ke bank syariah. Walaupun itu belum syari’ah bener tapi kita udah bergerak ke bank syari’ah. kemudian akhirnya nanti kita sudah membentuk sesuatu yang namanya lembaga keuangan. Lembaga ini yang akan mengumpulkan dana bersama dan akan membantu saudagar muslim lainnya nantinya.
Dananya boleh dari siapa aja tetapi pemanfaatannya adalah untuk bisnis yang jalannya secara syari’ah.” Meski terkesan tidak mengalami hambatan apapun. Namun, dalam prosesnya Andri mengaku tidak sesederhana yang terlihat. “Misalnya berpindah dari Bank konvensional ke bank syari’ah tentu itu tidak mudah,” tukas Andri, “Selama ini kan kita memang kerja sama dengan bank konvensional. Jadi, yang sudah terjadi dan berjalan, kita biarkan berjalan. Tapi, yang bisa di tarik dan ditake over ke bank syari’ah tentu sebisa mungkin kita take over ke sana. Saya sendiri sudah melakukannya. Mereka yang baru mau mengambil kredit tentu mengambilnya di bank syari’ah.” KSMN sendiri tidak melakukan pembatasan bisnis bagi anggotanya. “Jadi ada yang sebagai kontraktor.
Dari Semarang ada dua. Itu kontraktor dua-duanya. Tapi, ada juga dari Semarang yang bisnisnya pendidikan juga ada. Ada juga yang bisnisnya rumah makan dan rumah sakit. Kalau saya di logistik,” terang laki-laki berusia 44 tahun Bak gayung bersambut. Gairah pebisnis muslim ini rupanya langsung mendapat sambutan dari berbagai kalangan. Salah satu contohnya, KSMN sudah dipercaya untuk mengelola nama tanah wakaf di Katulampa, Bogor, dengan luas sekitar 9 hektar. Rencananya, tanah wakaf ini sendiri akan dibangun Pesantren.(baitul-maal.com)

0 komentar:

Posting Komentar