Gairah Pebisnis Muslim
(baitulmaalmalang.blogspot.com)-Komunitas ini bertekad menjalankan
bisnis sesuai cara Rasulullah saw. Agar kaum muslimin bisa kembali
bangkit dari keterpurukannya Para sejarawan menyebutkan bahwa,
“Penyebaran Islam lebih bersifat asimilatif ketimbang revolusioner.
Islam datang ke Nusantara bukan melalui penaklukan tetapi melalui jalur
perdagangan.” Jika dulu umat Islam berjaya lewat jalur perdagangan,
maka kondisi berbeda kita temui saat ini, kaum muslimin terpuruk dalam
kemiskinan dan sangat bergantung pada belas kasihan orang lain.
Kenyataan ini yang membuat sekelompok
pebisnis muslim berkumpul dan bertekad menyalakan kembali sinar
kebangkitan kejayaan Islam di bidang ekonomi. Tak hanya sekedar
retorika. Upaya itu tergambar dalam acara Muslim Entrepreneur Forum
2012. Dalam kesempatan tersebut 17 perwakilan peserta menandatangani
Piagam Pengusaha Muslim itu. Mereka yang menandatangani piagam tersebut
adalah: Iskandar Zulkarnain (Pengusaha Nasional); Andri Marjoni
(Saudagar Muslim); Didik Sodikin (Asosiasi Pengusaha Indonesia); Edy
Sugianto (Sekjen Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia); Dwi Condro
Triono (Konsultan Komunikasi Massa); Muhammad Karebet Widjayakusuma
(LKP HTI); Muhammad Ismail Yusanto (Jubir HTI). Aziz Azwir ( Sumatera
Utara); Erik Sitepu (Riau); H Reza Fahlevi (Lampung); H Atong
(Jabodetabek), Rahmat Basuki (Jawa Barat); Dicky Zulkarnain (Jawa
Tengah); Harun Musa (Jawa Timur); Muhammad Taufik (Kalimantan Timur);
Mustari Ago (Sulawesi Selatan); dan H Ahmad Al Jufri (Sulawesi
Tenggara) Seperti penjelasan Sekretaris Komunitas Saudagar Muslim
Nusantara (KSMN), Andri Marjoni, lembaga ini diibaratkan mengumpulkan
mozaik-mozaik yang berserakan.
“Memang sudah banyak organisasi yang
bergerak dibidang bisnis terutama bisnis-bisnis Islam tetapi masih
berdiri sendiri-sendiri,” aku Andri. Lebih lanjut Andri mengatakan
tujuan KSMN adalah untuk mengikat mozaik yang berserakan itu di dalam
satu wadah tenaga atau saudagar muslim nusantara yang sama-sama cinta
syari’ah. Komunitas ini bertekad menjalankan bisnis sesuai cara
Rasulullah saw. “Sehingga kaum muslimin bisa kembali bangkit dari
keterpurukannya, nah itu tujuan komunitas saudagar muslim,” jelas Andri.
KSMN sendiri sebenarnya telah tiga tahun berjalan.
Namun begitu, Andri mengaku baru tiga
bulan yang lalu dibentuk kepengurusan secara struktural. H Kasran
Samiharjo dari PT Bumen Citra Mandiri dipercaya untuk menakhodai
komunitas ini dan berkantor pusat di Cikarang, Jawa Barat. “Anggotanya
sekarang ada dua puluhan,” jelas Andri, “Tersebar dari Semarang hingga
Pekan Baru. Kita berkumpul dengan visi yang sama, berbisnis ala
Rasulullah saw.” Membina jaringan memang sudah jatidiri seorang
pebisnis tulen, kata pria ramah ini, jadi untuk menjadi anggota KSMN
sangat mudah. “Yang paling penting adalah para saudagar muslim yang
menyatakan dirinya saudagar muslim berusaha untuk menjalankan bisnisnya
sesuai fardhu syari’ah. Jadi walaupun belum bisa seratus persen tetapi
niatnya dan perubahan itu sudah dilakukan, action-nya sudah mulai,”
katanya. Sebagai contoh nyata Andri lebih lanjut menerangkan, “Misalnya
dari segi pemodalan, mulai bergerak dari bank konvensional ke bank
syariah. Walaupun itu belum syari’ah bener tapi kita udah bergerak ke
bank syari’ah. kemudian akhirnya nanti kita sudah membentuk sesuatu yang
namanya lembaga keuangan. Lembaga ini yang akan mengumpulkan dana
bersama dan akan membantu saudagar muslim lainnya nantinya.
Dananya boleh dari siapa aja tetapi
pemanfaatannya adalah untuk bisnis yang jalannya secara syari’ah.”
Meski terkesan tidak mengalami hambatan apapun. Namun, dalam prosesnya
Andri mengaku tidak sesederhana yang terlihat. “Misalnya berpindah dari
Bank konvensional ke bank syari’ah tentu itu tidak mudah,” tukas
Andri, “Selama ini kan kita memang kerja sama dengan bank konvensional.
Jadi, yang sudah terjadi dan berjalan, kita biarkan berjalan. Tapi,
yang bisa di tarik dan ditake over ke bank syari’ah tentu sebisa
mungkin kita take over ke sana. Saya sendiri sudah melakukannya. Mereka
yang baru mau mengambil kredit tentu mengambilnya di bank syari’ah.”
KSMN sendiri tidak melakukan pembatasan bisnis bagi anggotanya. “Jadi
ada yang sebagai kontraktor.
Dari Semarang ada dua. Itu kontraktor
dua-duanya. Tapi, ada juga dari Semarang yang bisnisnya pendidikan juga
ada. Ada juga yang bisnisnya rumah makan dan rumah sakit. Kalau saya
di logistik,” terang laki-laki berusia 44 tahun Bak gayung bersambut.
Gairah pebisnis muslim ini rupanya langsung mendapat sambutan dari
berbagai kalangan. Salah satu contohnya, KSMN sudah dipercaya untuk
mengelola nama tanah wakaf di Katulampa, Bogor, dengan luas sekitar 9
hektar. Rencananya, tanah wakaf ini sendiri akan dibangun Pesantren.(baitul-maal.com)
0 komentar:
Posting Komentar