Dr. Ahmad Zain An Najah, MA
Bolehkah anak memberikan zakat kepada orang tuanya dan sebaliknya orangtua memberikan zakat kepada anaknya ?
Dalam masalah ini, perlu dirinci terlebih dahulu :
Keadaan Pertama : Orang
tua hidupnya berada dalam tanggungan anaknya, tinggal di rumah anaknya,
makan dan minum dengan biaya anaknya. Dalam keadaan seperti ini seorang
anak tidak boleh membayar zakat kepada kedua orang tuanya.
Berkata Ibnu Qudamah ( al Mughni : 2/ 269 )
: “ Seseorang tidak boleh memberikan zakat kepada kedua orang tuanya
dan tidak pula kepada anaknya. Berkata Ibnu Mundzir : “ Para ulama
sepakat bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada kedua orang tua dalam
keadaan anaknya berkewajiban memberikan nafkah kepada mereka. Karena
dalam keadaan seperti ini zakat akan menggugurkan kewajiban nafkah
kepada mereka, dan manfaatnya akan kembali kepada anak yang memberikan. “
Keadaan Kedua : Kedua
orang tua hidup sendiri secara mandiri, menempati rumah sendiri, dan
mereka mempunyai pekerjaan dan pendapatan, tetapi hidupnya pas-pasan.
Dalam keadaan seperti ini dibolehkan anaknya memberikan zakat kepada
keduanya, karena anak tersebut tidak ada kewajiban memberikan nafkah
kepada orang tuanya.
Begitu juga jika kedua orang tuanya
mempunyai hutang yang melilit mereka, dan tidak mampu membayarnya, maka
dalam keadaan seperti ini, seorang anak boleh memberikan zakat kepada
kedua orang tuanya, karena seorang anak tidak ada kewajiban membayar
hutang orang tuanya . Begitu juga, jika orang tua adalah seorang mujahid
yang berperang di jalan Allah, atau seorang muallaf, maka anaknya boleh
memberikan zakat kepadanya, karena sifat-sifat tersebut. ( Adil Azzazi, Tamam al-Minnah, 2/ 301 )
Keadaan Ketiga :
seorang anak memberikan zakat kepada lembaga zakat, dan secara kebetulan
orang tuanya yang miskin menerima zakat anaknya tersebut melalui
lembaga amil zakat, maka dalam keadaan ini zakat anaknya sah, walaupun
diterima oleh orang tuanya sendiri.
Dalilnya adalah hadist Ma'an bin Yazid radhiyallahu 'anhu:
وَكَانَ أَبِي يَزِيدُ أَخْرَجَ دَنَانِيرَ
يَتَصَدَّقُ بِهَا فَوَضَعَهَا عِنْدَ رَجُلٍ فِي الْمَسْجِدِ فَجِئْتُ
فَأَخَذْتُهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ وَاللَّهِ مَا إِيَّاكَ أَرَدْتُ
فَخَاصَمْتُهُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيدُ وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ
“ Suatu hari bapakku, Yazid
mengeluarkan dinar untuk dishadaqahkan ( dizakatkan ), lalu dia
meletakkannya di samping seseorang yang berada di masjid. Kemudian aku
datang, aku ambil dan aku bawa kepadanya, lalu bapakku berkata,: "Demi
Allah, bukan kamu yang aku tuju". Lalu masalah ini aku adukan kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, maka Beliau berkata,: "Bagimu
apa yang sudah kamu niatkan wahai Yazid, sedangkan bagimu apa yang telah
kamu ambil wahai Ma'an".( HR Bukhari )
Walaupun hadist di atas berkenaan dengan
sedekah atau zakat bapak kepada anaknya, tetapi juga berlaku bagi
sebaliknya ketika anak memberikan sedekah atau zakat kepada bapaknya.
Adapun hukum orang tua memberikan zakat kepada anaknya dirinci juga menjadi tiga keadaan seperti di atas :
Keadaan Pertama : Orang
tua yang mempunyai anak yang masih dalam tanggungannya, dia tinggal di
rumah orang tuanya, makan dan minum atas biaya orang tuanya, maka orang
tua dalam hal ini tidak boleh memberikan zakatnya kepada anaknya
tersebut.
Keadaan Kedua : Orang
tua mempunyai anak yang sudah dewasa, bahkan sudah menikah dan
dikaruniai beberapa keturunan. Tetapi kehidupan anaknya ini dalam
keadaan pas-pasan, pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, dia
dan keluarganya hidup dengan mengontrak rumah yang sangat sederhana.
Dalam keadaan seperti ini, orang tuanya
boleh memberikan zakat kepada anaknya tersebut, karena dia tidak ada
kewajiban lagi memberikan nafkah kepadanya dan anaknya hidup bukan atas
tanggungannya. Berkata Ibnu Taimiyah ( Majmu’ Fatawa ( 5/373 ) : “
Dibolehkan memberikan zakat kepada kedua orang tua dan atasnya, begitu
juga kepada anaknya dan keturunannya , jika mereka fakir miskin, jika
sang pemberi zakat tidak mampu memberikan nafkah kepadanya. “
Keadaan Ketiga : orang
tua memberikan zakat kepada lembaga amil zakat, dan secara kebetulan
orang tuanya yang miskin menerima zakat anaknya tersebut melalui lembaga
amil zakat, maka dalam keadaan ini zakat anaknya sah, walaupun diterima
oleh orang tuanya sendiri, sebagaimana yang tersebut dalam hadist Ma’an
bin Yazid di atas. Wallahu A’lam.
Bekasi, 22 Ramadhan 1433 H/ 11 Agustus 2012 M
0 komentar:
Posting Komentar